Senin, 14 Februari 2011

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

PSIKOLOGI LINGKUNGAN

A.    Latar Belakang Sejarah Psikologi Lingkungan
Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan Field Theory yang merupakan salah satu langkah awal dari teori yang mempertimbangkan interaksi antara lingkungan dengan manusia. Lewin juga menhgatakan bahwa tingkah laku adalah fungsi dari kepribadian dan lingkungan, sehingga dapat diformulasikan menjadi :

T L= f(P.L)

TL = tingkah laku
f = fungsi
P = pribadi
L = lingkungan
Berdasarkan rumusan tersebut, Lewin mengajukan adanya kekuatan-kekuatan yang terjadi dalam interaksi antara manusia dan lingkungan. Masing-masing komponen tersebut bergerak suatu kekuatan-kekuatan yang terjadi di dalam medan interaksi, yaitu daya tarik dan daya mendekat dan daya tolak dan daya menjauh.
Lalu pada tahun 1947, Roger Barker dan Herbert Wright memperkenalkan istilah setting perilaku untuk suatu unit ekologi kecil yang melingkupi perilaku manusia sehari-hari. Istilah psikologi arsitektur pertama kali diperkenalkan ketika diadakan konferensi pertama di Utah dan jurnal profesional pertama yang diterbitkan pada akhir tahun 1960-an banyak menggunakan istilah lingkungan dan perilaku. Baru pada tahun 1968, Harold Proshansky dan William Ittelson memperkenalkan program tingkat doktoral yang pertama dalam bidan psikologi lingkungan di CNUY (City University of New York) (Gifford, 1987).
Selama tahun 1970-an dan 1980-an tidak banyak teks diakui XX awal abad ke penulis as-to-be-disebutkan pelopor lingkungan senilai psikologi. Memang, karya-karya Kaminski (1976), Graumann (1976) dan Kruse & Graumann (1987) adalah yang pertama untuk serius mengeksplorasi bahwa awal periode, mendirikan perbedaan antara kelahiran pertama pada awal abad dan kelahiran kedua selama 1960-an. Dalam karya-karya mereka, Hellpach dikatakan yang pertama menggunakan istilah Psikologi Lingkungan.
Sebuah serupa mencari akar disiplin dapat ditemukan di beberapa teks dari buku yang disusun oleh Jiménez Burillo (1981). Namun, seperti dari 1990-an, ada sejumlah literatur yang berkembang entah bagaimana merujuk kembali ke ini lalu terpencil. Bell, Fisher, baum dan Teman-buku Greene (1996) disebutkan karya-karya dari Gulliver geografer (1908) dan Trowbridge (1913) sebagai pelopor pemetaan kognitif. Demikian juga, dalam Perancis dan tradisi Inggris-apa yang disebut "klasik sejarah" (Pol, 1988, 1993) - Philipe Image Mentale (1904) dan karya-karya Bartlett (1932) adalah diakui sebagai perintis tren kemudian menuju "lingkungan kognisi "(Lee, 2003).

B.    Definisi Psikologi Lingkungan
Definisi Psikologi Lingkungan memiliki beragam batasan. Heimstra dan Mc Farling (dalam Prawitasari,1989) menyatakan bahwa psikologi lingkungan adalah disiplin yang memperhatikan dan mempelajari hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungan fisik.
Gifford (1987) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai studi dari transaksi diantara individu dengan seting fisiknya.
Proshansky, Ittleson, dan Rivlin (dalam Prawitasari,1989) menyatakan bahwa definisi yang kuat tentang psikologi lingkungan tidak ada. Mereka mengatakan bahwa psikologi lingkungan adalah apa yang dilakukan oleh psikolog lingkungan.
Vietch dan Arkkelin (1995) mendefinisikan psikologi lingkungan sebagai ilmu perilaku multidisiplin yang memiliki orientasi dasar dan terapan yang memfokuskan interelasi antara perilaku dan pengalaman manusia sebagai individu dengan lingkungan fisik dan sosial.
Psikologi lingkungan adalah ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam. Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang memengaruhi sikap dan mental manusia.
Apabila kebudayaan dan kearifan lokal kita pahami sebagai perjuangan manusia untuk mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti pokok dari pelajaran psikologi lingkungan.
Soedjatmoko, seorang ahli sosiologi, mengungkapkan harapannya untuk mengangkat mawas diri dari tingkat moralisme semata-mata ke tingkat pengertian psikologis dan historis dan mengenai perilaku manusia. Dalam hal ini beliau memberikan pengertian tentang moralisme dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh psikologis historis suatu lingkungan, tempat orang tersebut bersosialisasi dengan masyarakat binaannya.
Sementara Hardjowirogo, seorang antropolog, menulis bahwa tidak ada jaminan akan keefektifan mawas diri. Ungkapan itu telah surut menjadi sekadar penghias buah bibir. Perubahan zaman telah membawa pula fungsi mawas diri menjadi pengucapan belaka.
Sebagai contoh, tengok saja yang terjadi di zaman sekarang. Kini, banyak orang yang tinggal didalam lingkungan baik dan religius, namun perilakunya sangat tidak mencerminkan lingkungan tempat dia tinggal. Meskipun orang tersebut sangat kenal dengan moral yang baik, belum tentu orang tersebut akan berlaku baik. Karena ternyata lingkungan sosial di zaman sekarang tidak bisa membentuk pribadi seseorang. Seseorang bisa saja tinggal dalam lingkungan pesantren yang selalu diajarkan akidah dan akhlak yang baik. Namun, sifat dasar manusia selalu penasaran dan ingin mencari kebenaran sendiri dengan mencari perbandingan sendiri.

C.     Ruang Lingkup Psikologi Lingkungan
Ruang lingkup Psikologi lingkungan lebih jauh membahas tentang rancangan (design), Organisasi dan Pemaknaan. Ataupun hal yang spesifik seperti ruang, bangunan, ketetanggaan, rumah sakit dan ruangnya serta setting-setting lain pada lingkup bervariasi (Proshansky, 1974).
Jenis-jenis lingkungan di dalam sosiologi lingkungan yang beberapa di antaranya juga banyak digunakan dalam psikologi lingkungan adalah (Sarwono, 1992):
1.      Lingkungan Alamiah (Natural Environment) seperti : lautan, hutan, dsb
2.      Lingkungan Binaan / Buatan (Build environment) seperti : jalan raya, taman, dsb
3.      Lingkungan Sosial
4.      Lingkungan yang di Modifikasi
Sementara itu, Vietch dan Arkkelin (1995) menetapkan bahwa psikologi lingkungan merupakan suatu area dari pencarian yang bercabang dari sejumlah disiplin, seperti biologi, geologi, psikologi, hukum, geografi, ekonomi, sosiologi, kimia fisika, sejarah, filsafat, beserta sub disiplin dan rekayasanya.

D.    Ambient Condition & Architectural Features
AMBIENT CONDITION ialah Kualitas fisik dari keadaan yang mengelilingi individu.. Menurut Rahardjani (1987) dan Ancok (1988) beberapa kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku, seperti : kebisingan, temperature, kualitas udara, pencahayaan dan warna.
Ancok (1989), keadaan bising dan temperature yang tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni. Emosi yang semakin kurang dapat di control akan mempengaruhi hubungan sosial di dalam dan di luar rumah. Menurut Rahardjani (1987) kebisingan juga mengakibatkan menurunya kemampuan untuk mendengar dan turunya konsentrasi belajar anak. Holahan (1982) tingginya suhu dan polusi udara paling tidak menimbulkan dua efek, yaitu efek kesehatan dan efek perilaku.
ARCHITECTURAL FEATURES yang tercakup di dalamnya adalah setting yang bersifat permanent. Misalnya di dalam suatu ruangan, yang termasuk di dalamnya antara lain konfigurasi dinding, lantai, atap, serta pengaturan perabot dan dekorasi. Di dalam architectural features meliputi lay out tiap lantai, desain dan perlakuan ruang dalam dan sebagainnya..


Daftar Pustaka
http://www.anneahira.com/psikologi-lingkungan.htm (diunduh pada 15-02-1011)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar