A. Pengertian Kepadatan
Menurut Sundstom kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan. Atau sejumlah individu yang berada di suatu ruangan atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik. Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan luas ruangannya.
Kepadatan juga dapat mempengaruhi perilaku manusia maupun pada kesehatan manusia itu sendiri, dimana sebagai contoh apabila kita berada didalam sebuah ruangna yang dipadati oleh sejumlah orang dengan kapasitas ruangan yang kecil maka kita pasti akan mengalami kesesakan atau rasa yang kurang nyaman, kita pasti ingin segera cepat-cepat keluar dari ruangan tersebut, selain tidak adanya kenyamanan suasana seperti ini dapat menimbulkan kecemasan serta peningkatan denyut jantung dan tekanan darah sehingga terjadi penurunan kesehatan atau peningkatan pada kelompok manusia tertentu.
Penelitian tentang kepadatan pada manusia mulanya berawal dari penelitian terhadap hewan yang dilakukan oleh John Calhoun. Hasil penelitian Calhoun menunjukan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam jumlah yang tidak padat (kepadatan rendah), kondisi fisik dan perilaku tikus berjalan normal. Tikus-tikus tersebut dapat melaksanakan perkawinan, membuat sarang dan melahirkan, dan membesarkan anaknya seperti kehidupan alamiah.
2. Kedua, dalam kondisi kepadatan tinggi dengan pertumbuhan populasi yang tak terkendali, ternyata member dampak negative terhadap tikus-tikus tersebut. Terjadi penurunan fisik pada ginjal, otak, hati dan jaringan kelenjar, serta penyimpangan perilaku seperti hiperaktif, homoseksual, dan kanibal.
Penelitian terhadap manusia pernah dilakukan oleh Bell. Hasilnya memperlihatkan ternyata banyak hal-hal negative akibat dari kepadatan.
1. Ketidaknyamanan dan kecemasan, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, hingga terjadi penurunan kesehatan atau peningkatan pada kelompok manusia tertentu.
2. Peningkatan agresivitas pada anak-anak dan orang dewasa (mengikuti kurva linear) atau menjadi sangat menurun (berdiam diri/murung) bila kepadatan tinggi sekali (high spatial density). Juga kehilangan minat berkomunikasi, kerjasama, dan tolong-menolong sesama anggota kelompok.
3. Terjadi penurunan ketekunan dan pemecahan persoalan atau pekerjaan. Juga penurunan hasil kerja yang kompleks.
Dalam penelitian tersebut diketahui pula bahwa dampak negative kepadatan lebih berpengaruh terhadap pria. Atau bisa dikatakan pria lebih memiliki perasaan negative pada kepadatan tinggi bila di bandingkan dengan wanita.
B. Kategori Kepadatan
Kepadatan itu sendiri memiliki beberapa indaktor diantaranya jumlah individu dalam sebuah kota, jumlah individu dalam daerah sensus, jumlah ruangan pada unit tempat tinggal, jumlah bangunan disekitarnya, dan lain-lain. Hal ini bahwa setiap pemukiman memiliki tingkat kepadatan yang berbeda tergantung dari kontribusi indicator-inkator yang disebutkan diatas.
Kepadatan dapat dibedakan dalam beberapa kategori, menurut Holahan menggolongkan kepadatan menjadi dua kategori yaitu :
1. Kepadatan spasial (spatial density) Yaitu yang terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau lebih sempit sedangkan jumlah individu tetap, sehingga didapatkan kepadatan meningkat sejalan menurunnya besar ruang.
2. Kepadatan sosial (social density) Yang terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi dengan penambahan besar atau luas ruangan sehingga terjadinya peningkatan kepadatan.
Dan menurut Altman juga kepadatan dapat digolongkan kedalam dua kategori, yaitu :
1. Kepadatan dalam (Inside density) Yaitu sejumlah individu yang berada dalam suatu ruangan atau tempat tinggal seperti kepadtaan di dalam rumah, kamar, dan ruangan-ruangan lainnnya.
2. Kepadatan luar (outside density) Yaitu sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu, seperti jumlah penduduk yang bermukim di suatu wilayah pemukiman.
C. Akibat Tingginya Kepadatan
Menurut Taylor, Lingkungan sekitar dapat merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhi sikap, perilaku dan keadaan internal individu di suatu tempat tinggal. Rumah dan lingkungan pemukiman yang memiliki situasi dan kondisi yang yang baik dan nyaman seperti memiliki ruang yang cukup untuk kegiatan pribadi akan memberikan kepuasan psikid pada individu yang menempatinya.
Schorr mempercayai bahwa macam dan kualitas pemukiman dapat memberikan pengaruh penting terhadap persepsi diri penghuninya, setres dan kesehatan fisik, sehingga kondisi pemukiman ini tampaknya berpengaruh pada perilaku dan sikap-sikap orang yang tinggal disana.
Menurut Heimstra dan Mc Farling, kepadatan memberikan akibat bagi manusia baik secara fisik, sosial maupun psikis.
Akibat secara fisik, yaitu reaksi fisik yang dirasakan individu seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah, dan penyakit fisik lain.
Akibat secara sosial antara lain adanya masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat seperti meningkatnya kriminalitas dan kenakalan remaja.
Akibat secara psikis antara lain :
a. Stres, kepadatan tinggi dapat menumbuhkan perasaan negatif,rasa cemas, stress dan perubahan suasana hati.
b. Menarik diri, kepadatan tinggi menyebabkan individu cenderung untuk menarik diri dan kuran mau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
c. Perilaku menolong ( perilaku prososial), tingkat kepadatan tinggi juga menurunkan keinginan individu untu menolong atau member bantuan pada orang lain yang memutuhkan, terutama pada orang yang tidak dikenal.
d. Kemampuan mengerjakan tugas, siyuasi padat dapat menurunkan kemampuan individu untuk mengerjakan tugas-tugasnya pada saat tertentu.
e. Perilaku agresi, situasi padat yang dialami individu dapat menumbuhkan frustasi dan kemarahan serta pada akhirnya akan terbentuk perilaku agresi.
D. Kepadatan dan Perbedaan Budaya
Menurut Koerte (dalam Budihardjo, 1991) faktor-faktor sepeti ras, kebiasaan adat istiadat, pengalaman masa silam, struktur sosial, dan lain-lainnya akan sangat menentukan apakan kepadatan tertentu dapat menimbulkan perasaan sesak atau tidak. Estein (dalam Sears, 1994) menemukan bahwa pengaruh kepadatan tinggi tempat tinggal tidak akan kterjadi apabila penghuni mempunyai sikap kooperatif dan tingkat pengendalian tertentu.
Seperti kita lihat perbedaan kepadatan dikota dengan kepadatan di desa, kepdatan penduduk dikota sudah sangat tidak membuat nyaman selain karena banyaknya penduduk namun di kota sendiri sudah banyak lahan-lahan yang digunakan sebagai gedung-gedung perkantoran, mall, dan padatnya pemukiman-pemukiman disekitarnya sehingga terkadang sudahjarang kita temukan taman-taman di ibukota ini.
Dibandingkan dengan suasana kota, suasana kepadatan di desa mungkin tidak terlalu dirasakan karena di desa masih belum dipadati oleh gedung-gedung bertingkat,perkantoran bahkan polusi sekalipun. Walaupun didesa juga padat oleh penduduk tetapi di desa masih banyak lahan-lahan luas yang member ruang gerak pada penduduknya sehingga jarang kita temukan tingkat kepadatan yang cukup tinggi.
Pustaka
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/peng_psikologi_lingkungan/bab4-kepadatan_dan_ kesesakan.pdf (diunduh pada 06-03-1011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar